Selasa, 16 Februari 2010

Dengan Keterbatasannya Ia Hidup Penuh Karya



Terpesona. Satu kata untuk merepresentasikan perasaanku ketika membaca kisah bu Ratna Indraswari Ibrahim di majalah tarbawi. Walaupun cacat fisiknya, tidak mampu menulis dengan tangannya sendiri, tapi ia mampu menelurkan tulisan-tulisan yang bermanfaat. Bukan hanya artikel, tapi juga buku. Aku begitu tersentak dengan warisan petuah dari ayahnya, yaitu ‘orang yang intelek akan berbicara dengan tulisan, bukan dengan omongan’.

Dia begitu memahami hakikat hidup. Bahwa hidup didunia bagaikan hanya sebuah perjalanan, sebuah torism. Kitalah touristnya, dan apa yang kita lihat di dunia ini adalah pemandangan-pemandangan yang hanya untuk dilihat saja, kita tidak tinggal disana tapi kita akan pulang kembali ke rumah kita, yaitu kepangkuan Illahi, akhirat yang kekal. Apakah surga atau neraka yang akan kita peroleh, tergantung dengan ikhtiar kita selama diperjalanan itu. 

Betapa bahagianya hidup yang berarti buat orang lain. Dengan menulis, bukan hanya diri sendiri yang menjadi tersadarkan dengan apa yang kita tuliskan tapi semuanya akan memberikan pengaruh kepada orang lain. Sungguh bermanfaatnya hidup seorang penulis. Amal jariah berupa ilmu yang bermanfaat akan ia dapatkan, pahalanya akan selalu mengalir hingga akhirat yang kekal abadi.

Dan memang, ketika aku menulis, ada kebahagiaan yang tergambarkan yang hadir dalam hatiku. Aku merasa mampu menuliskan apa yang kupikirkan walaupun dengan kemampuan yang terbatas. Aku yakin, suatu saat, jika aku menulis terus menerus tentang apa yang aku lihat, aku baca dan aku dengar, dan hikmah dari setiap kejadian maka insyaallah dengan izin dariNya aku bisa seperti bu Ratna dan penulis-penulis lainnya yang mampu menjadikan hidupnya, tulisannya, dibaca dan bermanfaat untuk orang lain.
Sekarang aku sedang menapaki jalan yang mungkin menurut orang yang telah menjalani lebih dari yang kualami sekarang, akan mengatakan itu hanyalah cobaan kecil. Tapi aku belum merasakannya kecil atau besar, karena aku belum menjalani sepenuhnya seperti yang orang itu pernah jalani. Semua proses ini harus kujalani dulu, kulalui dengan penuh semangat dan sekuat tenaga agar aku bisa mengukur dan mengatakan juga kepada orang lain bahwa kamu akan bisa melaluinya karena ini hanyalah sebuah proses berupa cobaan yang kecil.
Aku benar-benar yakin, bahwa hanya dengan banyak membaca kita bisa menulis. Tidak mungkin tanpa membaca kita mampu menelurkan gagasan-gagasan yang bagus

Kutipan perkataan Bu Ratna :
Sukses menurut saya berbeda dengan sukses berdasarkan standar masyarakat. Saya memiliki mainstream yang berbeda. Menurut saya kesuksesan itu bukanlah pada kecantikan, suami dan anak, tapi sebuah kecerdasan yang melahirkan manfaat bagi orang banyak.
Saya prihatin dengan fenomena perempuan sekarang ini, mereka dikalahkan oleh diri mereka sendiri. Mereka menjalani hidup dibawah potensi yang mereka miliki. Iklan kecantikan menampilkan bahwa cantik itu adalah dari kulit yang putih, bersih, mulus, rambut lurus, tubuh ramping dan lain-lain. Karena ingin memantaskan diri dengan yang digambarkan iklan, pereempuan jadi sibuk dengan hal yang terkadang remeh temeh sehingga mengurangi daya pengembagngan potensinya. Banyak perempuan yang tidak sadar telah dijajah oleh iklan. Merasa tidak cantik, tidak berharga padahal potensinya besar. Aura kecerdasan jauh lebih menarik dari cantik.
Pernikahan bukan goal terakhir. Peran terpenting seorang perempuan adalah perannya sebagai ibu. Seorang ibu yang mampu mendidik anak-anak mereka.

Semoga aku bisa memberi sebanyak-banyaknya pada umat ini, pada agama Allah ini dan untuk bangsa ini. Aku ingin seperti ustadz rahmat Abdullah, yang hari-harinya ia isi dengan dakwah, mengajarkan ilmu kepada orang lain, membuat banyak orang berubah menjadi baik dan tertabiyah. Allah telah memberikan hidayah kepada banyak orang melalui beliau. Sedangkan hidupnya, tak lagi untuk dirinya tapi untuk umat. Betapa berharganya hidup seperti itu.

Padang, 16 Februari 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar