Senin, 10 Oktober 2011

Sayangilah Kucing



Hari ini aku merasa malu dengan diriku sendiri dan kasihan sekali dengan abang dan adek, dua ekor kucing kesayangannya Iwit. Emang sih, kucing itu kelihatannya lapar banget tadi siang waktu mereka mengikuti aku membuang sampah sisa semangka dan pepes tahu yang ketinggalan tadi malam di ruang TV. Aku sudah berniat buat ngasih mereka makanan, toh aku masih punya rendang yang aku yakin mereka pasti suka. Tapi karena aku mikirnya persediaan beras kami sudah habis dan nasi yang ada di rice cooker kira2 hanya cukup untuk aku dan ni Fathel, aku urungkan niatku. Kupikir, toh ntar lagi Iwit bakalan pulang kuliah, dan emang biasanya dia yang ngasih makan kucing-kucing itu. Dengan cuek aku ngga merhatiin kucing itu dan kuhidupkan TV untuk nonton drama korea sore itu.
Tak berapa lama Iwit pulang dengan disambut oleh kucing-kucing tadi dengan berlarian ke arahnya, seperti peliharaan yang telah lama menanti tuannya pulang (Jadi ingat Hachiko…). “Aduh, kasian banget, lapar ya? Ga da yang kasih makan ya? Kasihan banget…” celoteh Iwit kepada kucing-kucingnya itu. Sontak secara tak langsung aku merasa tersindir dengan kata-katanya itu. Kemudian ia mandi dengan ditunggui oleh kucingnya yang sudah tak sabar ingin makan. Segera setelah mandi ia beli lauk untuknya dan kucing-kucingnya yang sudah kelaparan dari tadi. Saat itu, dalam hatiku aku langsung kagum dengan Iwit, sipenyayang kucing. Kemaren aku melihatnya memberi makan dua ekor kucing yang sepertinya ia pungut dari jalanan, melihat bulunya yang dekil. Hmm…aku langsung sadar, dan berjanji akan lebih peka dengan apa yang dirasakan binatang. Binatang-binatang itu juga makhluk Allah. Aku ingat Rasulullah dan sahabatnya Abu Hurairah yang juga menyayangi kucing. Dan aku juga ingat sahabatku Delin, abang iparku di kampung juga sangat menyayangi kucing. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar