Entah kenapa hujan hari ini membuatku tentram. Rasanya sudah lama sekali tidak turun hujan. Seminggu ini matahari begitu terik membakar. Panas yang ditimbulkannya aneh, membuat peluh bercucuran seperti petani habis berjemur di sawah. Saya pikir mungkin inilah salah satu dampak yang muncul setelah semakin menipisnya ozon di atmosfer bumi.
Huff..hujan ini semakin ditunggu teduh malah makin lebat turunnya. Tapi ini suasana yang langka, aku duduk menunggu hujan reda di fotokopi Anisa sambil menikmati kesendirian ditengah lalu lalang mobil dan angkutan umum serta gerombolan anak-anak SMA yang basah kuyup sehabis pulang sekolah. Aku suka duduk disini. Ada ketenangan tersendiri ketika duduk disini menikmati hujan rahmat yang terus mengguyur tanaman yang haus kekeringan. Mungkin bagi beberapa orang yang sedang ingin bepergian atau ada kepentingan tapi lupa membawa payung, hujan ini menjadi suatu penghalang bagi mereka. Tapi saya rasa itu adalah hal yang kondisional. Kenapa kondisional, karena memang beberapa hari ini selalu panas sehingga orang akan berpikir bahwa hujan mungkin tidak akan turun sehingga lebih memilih meninggalkan payung.
Memang benar bahwa pepatah yang mengatakan sedia payung sebelum hujan.
Hari ini aku sempat bĂȘte dengan teman-teman labor yang sama-sama asisten sepeti saya. Tidak ada yang memberi kabar bahkan membalas smspun tidak ada. Mungkin salah saya juga karena saya tidak update informasi ke jurusan kemaren. Sehabis kuliah saya langsung menuju halte menunggu bus untuk menjemput adek SMA saya Rosi yang sedang menunggu di halte bus kampus. Subhanallah, penampilannya sudah mulai nyar’I. memakai rok, baju yang longgar, kaos kaki panjang dan jilbab tipisnya dilapisi sehingga rambutnya tak nampak lagi. Saya suka dengan penampilannya yang seperti ini. Semoga Alah senantiasa menambah kemantapannya dalam meng-upgrade diri dan pemahamannya.
******
Setelah bolak-balik koridor akhirnya muara saya kehalte juga. Saat sibuk meratapi nasib yang apes hari ini, muncul Nola yang baru turun dari angkot ‘lurus’. Dia langsung nyamperin saya dan memberitahukan bahwa salah satu teman kami berhasil memperoleh medali perunggu. Subhanallah, saya sangat senang mendengarnya sekaligus merasa begitu iri dengan kesempatan yang ia dapatkan karena tidak semua orang bisa memperolehnya.
Ada penyesalan yang hinggap di hatiku, kenapa saat itu aku tidak berusaha semaksimal mungkin dan memanfaatkan setiap jeda waktu yang ada. Dia sebenarnya juga disibukkan oleh praktikum yang kejar tayang dan aku dikejar-kejar oleh seminar kolokium yang melahkan jiwa. Tapi kenapa Dia bisa dan aku tidak? Aku sadar, kemampuanku jauh di bawah dia, dan mungkin memang tak dapat dibandingkan. Tapi aku merasa aku telah bersungguh-sungguh. Aku telah mengerahkan segenap tenaga dan pikiranku yang telah bercabang-cabang. Sungguh, pada awalnya aku merasakan kekecewaan entah pada siapa tapi yang pasti pada diriku sendiri. Dan aku sempat berpikir kenapa Allah memilihkan kenyataan ini untuk diriku. Mungkin ini karena aku terlalu berharap untuk lolos sampai ke Jakarta dan ucapanku kepada Allah bahwa aku akan mengikhlaskan dan menerima apapun keputusanNya yang terbaik. Oh Tuhanku, bahkan sampai saat aku menuliskan inipun masih terasa sisa kekecewaan itu. Aku bodoh, aku menyalahkan kondisi yang tidak mendukungku. Kalo aku seperti itu berarti aku lemah! Yah, aku tahu aku benar-benar lemah. Aku sangat lemah dan hina di hadapanNya yang Maha Menguasai segalanya.
*******
Itulah salah satu cerita tentang kekecewaan sewaktu kuliah yang tak pantas aku sebutkan. Alasanku memposting ini adalah aku hanya ingin mengatakan : “Ketika kau telah benar-benar berikhtiar , namun hasilnya berbeda dengan yang kau mohonkan padaNya, maka itulah takdirmu. Karena memang Takdir Itu Di Ujung Ikhtiar. Saat itu mungkin kau akan layu karena kekecewaan, tapi kembalilah pada komitmen awalmu bahwa apapun hasilnya, kau akan ikhlaskan karena sejatinya seorang muslim itu ketika ia telah selesai ikhtiar ia akan menyerahkan hasilnya pada Yang Maha Menentukan. Pastilah Ia telah menyediakan hadiah dalam bentuk lain atas usaha yang telah kau lakukan, jadi janganlah bersedih. Cukuplah selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap urusanmu dan yakinlah Ia Maha Melihat apa saja usaha yang telah kau lakukan”
Percayalah, aku dan banyak orang lain telah merasakan luar biasa indahnya scenario yang Allah buatkan untuk membuat hambanya mengerti dan memahami hakikat dari pengharapan dan impian di dunia yang fana ini.
Sekali lagi, Laa Tahzan untukmu hai muslimah yang dicintai Allah dan Rasulullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar