Selasa, 01 Januari 2013

Dusta Dalam Bergurau



Telah tersebar diantara manusia bahwa lelucon atau lawakan menjadi suatu bagian dari seni dan suatu keunggulan tersendiri bagi yang memilikinya. Namun, semuanya lupa bila hal ini sering dilakukan dengan dasar dusta. Dalam lelucon sering ada cerita yang dibuat-buat.
Nabi memperingatkan dengan keras dusta yang terkenal ini, yaitu dusta dalam berbgurau. Bahzi bin Hakim meriwayatkan, "Ayahku memberitahuku sesuatu yang telah didengarnya dari kakek. Kakek berkata, "Aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda, Celakalah orang yang berkata dengan suatu perkataan untuk membuat orang-orang tertawa, dan untuk itu dia berdusta. Celakalah dia, celakalah dia. " (HR. at Tirmidzi)
Meski untuk tujuan menghibur, dusta tetap tidak diperkenankan. Nabi memberi kabar gembira bagi yang meninggalkan dusta. Abu Umamah meriwayatkan bahwasanya Rasulullah saw bersabda, Aku adalah pemimpin rumah di pinggiran (sisi) surga bagi siapa yang meninggalkan perdebatan meskipun dia benar, dan rumah di tengah surga bagi siapa yang meninggalkan dusta walaupun dalam bergurau, dan rumah di tingkat paling tinggi surga bagi siapa yang baik akhlaknya. (HR. Abu Dawud)
Demikian pula terdapat beberapa riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah saw sering bergurau tapi tidak melakukaannya kecuali gurauan itu benar. Rasul selalu jujur dalam bergurau. Beliau telah mengajarkan kepada kita bagaimana cara bergurau yang baik, hingga tak ada seorangpun yang bisa mengatakan, "sesungguhnya yang bergurau pasti harus berdusta".
Diantara senda gurau Nabi yang dikenal, diceritakan dalam sebuah riwayat bahwa suatu hari seorang wanita tua mendatangi nabi dan memohon mendoakannya agar masuk surga. Lalu nabi berkata, "Tidak masuk surga orang yang sudah tua." Mendengar perkataan Nabi tersebut, wanita tua itu seketika pergi sambil menangis. Kemudian Rasulullah mengutus seseorang untuk menyusulnya dan menghibur hatinya. Utusan Nabi ini berkata, "Bukankah Allah swt berfirman,
Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya. (al-Waqi'ah [56]: 36-37)
Dengan sedikit bergurau Nabi ingin menjelaskan bahwa di surga kelak, Allah swt akan menyamaratakan seluruh usia. Semua wanita di surga berusia muda meski di dunia ia hidup sampai tua.
Dalam riwayat lain diceritakan, suatu hari seorang wanita bertanya tentang suaminya. Mendengarnya, Rasulullah saw berkata padanya, :Suamimu yang dimatanya ada putihnya?" Lalu wanita itu pergi menemui suaminya untuk melihat matanya, dengan dugaan ada sakit di matanya. Kemudian dia kembali kepada Rasulullah dan berkata, "Tidak ada di matanya putih-putihan." Kemudian Rasulullah berkata sambil tersenyum, "Di mata setiap orang ada putih dan hitam."
Para sahabat juga sering bercanda dengan Nabi dan bermain-main dengan beliau. Namun, semua itu berada dalam koridor yang sewajarnya dan selalu menjauhi bentuk dusta.
Shuhaib meriwayatkan, "Aku menemui Rasulullah dan di tangannya ada roti dan korma. Saat itu, salah satu mataku merah terkena radang mata. Rasulullah saw berkata, "Ambillah dan makanlah." Maka aku mengambil dan memakan korma. Lalu beliau berkata, "Engkau memakan korma padahal sebelah matamu merah." Aku menjawab, "Aku menelannya dari sisi yang lain (yang tidak sakit)." Mendengar perkataannya, Nabi tersenyum. (HR. Ibnu Majah)

Sumber : Cerdas dan Di Cintai (DR. Akram Ridha)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar